Sabtu, 19 Juni 2010

Jagat Alit

Begitulah masyarakat tradisional Jawa dan Sunda menamakan mikrokosmos yang kehadirannya berfungsi sebagai penyeimbang dan pelengkap makrokosmos alias Jagat Gede atau Jagat Ageng.
Jika Jagat Gede adalah semesta (universe) maka Jagat Alit merupakan inti atau ruh semesta.
Letaknya di dalam diri setiap manusia.

Secara lahiriah,
Jagat Alit memang merupakan bagian dari Jagat Gede.
Tetapi sesungguhnya,
Jagat Alit-lah yang “merangkum” Jagat Gede
Semua sifat semesta berkumpul dan bersemai di Jagat Alit,
sehingga Jagat Alit pun sering disebut sebagai miniatur Jagat Gede

Jagat Alit dan Jagat Gede selalu saling memengaruhi
Seperti bumi dan langit
Seperti laut dan rembulan
Seperti angin dan pepohonan
Seperti kebaikan dan keburukan
Seperti kesengsaraan dan kebahagiaan
Seperti cahaya dan kegelapan
Seperti Yin dan Yang

Setiap gejolak yang terjadi di Jagat Alit,
akan memengaruhi perjalanan makrokosmos.
Pun, begitu sebaliknya,
segala sesuatu yang terjadi di Jagat Gede,
akan berpengaruh terhadap eksistensi Jagat Alit
Akan tetapi,
Jagat Alit-lah yang paling bertanggung jawab untuk menjaga agar saling pengaruh-memengaruhi antara makromosmos dan mikrokosmos itu tidak menjelma menjadi bencana
Melainkan justru kebahagiaan.

Tugas memelihara keseimbangan (harmoni) semesta,
terletak di pundak Jagat Alit,
karena Jagat Gede lebih cenderung bersikap pasif.
Sehingga Jagat Alit-lah, yang harus senantiasa aktif
Jagat Gede “hanyalah” hardware (perangkat keras)
Jagat Alit, software-nya (perangkat lunak)

Jagat Alit, yang secara harfiah berarti “dunia kecil” itu,
hakikatnya merupakan dunia yang tak berbatas cakrawala,
karena seluruh penghuninya melulu ide,
gagasan, inspirasi, yang tak pernah mengenal batas.
Tentu saja bila manusia yang “dititipinya” tidak membuat batas-batas .
Tidak melakukan pembelengguan terhadap ide,
gagasan dan inspirasi yang mencuat dari Jagat Alit-nya.

Dengan membebaskan pikiran (gagasan) dari berbagai batasan,
maka sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Tuhan,
yang telah menciptakan pikiran kita tanpa bingkai sedikit pun.
Kitalah yang terkadang (sadar atau tak sadar ) membuat bingkai-bingkai itu, sehingga kita pun takut berpikir.
Bukankah Tuhan selalu memerintahkan manusia,
untuk tak henti-hentinya berpikir,
karena Tuhan sendiri adalah Sang Maha Pemikir?

Dengan membingkai pikiran,
kita akan terjebak pada kekalutan,
seperti yang pernah dialami Bimasena,
ketika mencari Dewaruci hingga ke dasar samudera
Padahal Dewaruci yang akhirnya ditemukan putera pandawa itu,
letaknya di dasar diri.
Dewaruci adalah diri kita sendiri,
yang harus terus menerus dieksplorasi,
agar kita benar-benar mengenal diri kita yang sesungguhnya.
Diri kita yang merupakan Jagat Alit.
“Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu – Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya."
Begitu sabda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa-alihi Wassalam.
Atas dasar pemikiran semacam itulah,
maka ini saya namakan “Jagat Alit"
Sebuah jagat kecil tempat menyemai segala gagasan yang bermunculan di atas semesta (atau bahkan di luar semesta).
Gagasan yang berasal dari kemurahan Tuhan,
Sang Pencipta,
Sang Pemelihara dan
Sang Penguasa jagat raya.

Maka segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala,
Ar-Rahman,
Ar-Rahim,
Az-Zahir,
Al-Batin,
Al-Ghafur,
Al-Halim.
Gusti Yang Maha Suci,
Sang Hyang Widhi,
Sang Hyang Tunggal,
Sang Murba Wisesa,
Hyang Murbeng Alam,
Debata Mulajadi Na Bolon.
Yahweh,
Elohim,
Adonai,
El Elyon,
El Olam,
El Gibbor,
El Shaddai.
Tuhan Yang Maha Dahsyat.
Tuhan Yang Mempunyai Banyak Nama.
Tuhan Yang Hanya Satu-Satunya
Tuhan yang Itu-Itu juga.
Tuhan Yang Tidak Bisa Diserupakan dengan segala sesuatu.
Tuhan Yang Mencintai seluruh makhluk ciptaanNya,
Mencintai tanpa terkecuali: apapun bentuknya, apapun jenisnya, apapun bangsanya, apapun bahasanya, apapun budayanya, apapun warna kulitnya, apapun agama dan keyakinannya.

Dengan segala kerendahan hati dan berserah diri,
saya mohon kesediaan Paduka,
untuk selalu membimbing saya pada setiap langkah yang saya tempuh,
pada setiap oksigen yang saya hirup,
pada setiap lintasan pikiran dan getaran perasaan yang beragam,
serta pada setiap ucap yang saya lisankan dalam keseharian.
Hanya kepada Paduka saya menyembah,
meminta pertolongan dan perlindungan
Hanya kepada Paduka saya memohon ampunan atas segala dosa yang selalu saja saya lakukan
Hanya kepada Paduka saya ucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas segala karunia yang senantiasa Paduka limpahkan di Jagat Gede
Paduka telah melengkapi hidup saya yang amat indah ini,
dengan Jagat Alit yang sangat subur dan luas .

Salam Bocah Angon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar